Memisahkan Tujuan
15 Sep 2019
15 Sep 2019
Disamping memenuhi kebutuhan hidup ada banyak alasan lain ketika memindahkan uang kepada orang lain. Setidaknya ada 3 jenis yang saya amati; mendidik, investasi dan sedekah.
Ketika kita mendidik, uang yang kita berikan kepada orang lain adalah agar dia berubah menjadi lebih baik. Dari sini akan muncul tanggung jawab untuk membimbing dan mengecek apakah uang yang sudah berikan untuk edukasi efektif atau tidak. Sebelum memberikan uang, kita harus mengecek kemampuan dan semangat belajar orang yang sedang kita didik.
Memberikan modal kepada orang lain agar dia membuka usaha termasuk di dalamnya. Selama kita tidak ada niatan untuk meraih profit dari orang yang kita bantu. Ketika usaha dia mulai berjalan, kita ada tanggung jawab untuk mengeceknya. Jangan sampai berhenti pada memberi uang saja. Tujuan utama kita adalah agar orang tersebut usahanya berkembang, namun jika ternyata dia tidak mampu mengelolanya, berarti kita harus segera menghentikan proses pendidikan ini. Dan proses mendidik harus diubah atau dihentikan jika yang bersangkutan tidak mampu mengikutinya.
Tujuan inti dari investasi adalah agar kekayaan bertambah. Memang bisa dikatakan ketika seseorang berinvestasi dia sedang “membantu” orang lain yang membuka usahanya. Tapi, pada intinya, seorang investor pasti ada harapan uang yang dia keluarkan akan kembali lebih banyak. Dari sini, tujuan ini tidak bisa disamakan dengan tujuan mendidik. Ketika mendidik, kita tidak melihat seberapa besar resiko untuk kita. Kita cukup melihat keuletan orang yang kita bantu. Dan investasi cenderung membutuhkan uang yang lebih banyak, sehingga ada poin-poin yang harus kita perhatikan saat berinvestasi.
Investasi juga beragam, kita harus menentukan investasi yang memberikan ROI1 terbaik dari pilihan yang ada. Jika bisa berinvestasi kepada profesional yang sudah berpengalaman, kenapa memilih memberikan investasi beresiko tinggi kepada mereka yang belum punya pengalaman?
Akhirat itu tujuan utama ketika sedekah. Sedekah yang utama tentunya anak, istri dan orang tua sebagai nafkah untuk mereka. Selanjutnya kepada kerabat, fakir miskin, dhuafa, anak yatim, dll.
Berbeda dengan tujuan mendidik yang harapannya ada perubahan pada kondisi orang lain (khususnya finansial), di tujuan ini justru kita yang harus berubah. Berubah menjadi lebih ikhlas dan lebih yakin bahwa semua harta yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah.
Tidak boleh ada tujuan agar orang lain berubah, karena kita akan sakit hati ketika orang itu tidak berubah dengan pemberian kita. Begitupun untuk menambah profit bisnis langsung dari bertambah sedekah, karena bukan ini tujuan utama kita2.
Yang paling penting untuk kita perhatikan adalah keikhlasan kita.
Menggabungkan tujuan tidak masalah, selama kita sadar akan konsekuensinya. Masalah akan muncul ketika kita menggabungkan beberapa tujuan tanpa menyadarinya.
Misalnya kita memiliki saudara yang bisa dibantu dengan mempekerjakannya di bisnis kita. Disini kita menggabungkan tujuan investasi dan sedekah. Mendatangkan karyawan baru adalah investasi, kita mengharapkan bisnis kita berkembang dengan kehadirannya. Kita perlu tegas dengan kesalahannya.
Jika tidak benar-benar sadar yang kita lakukan, akan terjadi konflik disini. Ketegasan kepada saudara (terutama yang lebih tua) itu sulit untuk dilakukan. Kalau kita lakukan, bersiap-siaplah seluruh sanak saudara melabeli kita sebagai orang yang sombong. Jika kita tidak melakukan ketegasan, bisnis kita bisa menurun dan ini bukan tujuan kita ketika menambah karyawan baru.
Ada kasus lain, saya punya sahabat owner dari salah satu brand kaos muslim, kami pernah berdiskusi ringan, salah satu kesalahan yang dia lakukan adalah menggaji penjahit terlalu besar. Saat itu, seorang penjahit bisa mendapat 2.5jt/minggu. Untuk di Bandung, seorang penjahit dengan gaji 10jt/bulan merupakan nominal yang cukup besar. Gaji yang diberikan dimaksudkan sebagai sedekah untuk menyejahterakan penjahit. Namun, dari hasil curhatnya, beliau menyampaikan kecewa karena gaji yang diberikan digunakan untuk berfoya-foya.
Disini terjadi konflik, di satu sisi maksudnya memberikan gaji yang besar adalah untuk sedekah menyejahterakan penjahit. Tapi, ternyata ada harapan uangnya digunakan seefektif mungkin. Ini berarti beliau juga punya tujuan untuk mendidik. Yang terjadi adalah sakit hati. Ternyata salah mengambil keputusan memberikan gaji terlalu besar. Mestinya, jika memberikan gaji yang besar harus sambil dibarengi dengan edukasi finansial untuk karyawannya. Mestinya ketika tujuannya sedekah, tidak perlu dipikirkan apa yang akan dilakukan penjahit dengan uangnya. Cukup bagaimana keikhlasan kita ketika melakukannya.
Tujuan akan menentukan definisi “efektif” dalam penggunaan uang.
Ketika mendidik, efektif atau tidaknya ditentukan dari berubah atau tidaknya orang lain. Jika dia lebih efektif dengan dibantu diberi biaya untuk kursus dibanding membuka usaha, maka pilih beri modal untuk ikut kursus.
Ketika investasi, efektif ditentukan seberapa besar uang yang kita keluarkan untuk hasil yang kita dapatkan. Jika kita memilih untuk berinvestasi tanah di perkotaan dengan harga mahal dan kenaikan yang cepat dibanding di desa dengan harga murah tapi kenaikan lambat dan sulit dijual lagi, maka pilih investasi di kota.
Ketika sedekah, maka efektif itu baru kita tahu di akhirat. Sedekah sebanyak mungkin, fokuskan hati ke Allah. Kita baru tahu balasannya kelak di akhirat. Tentunya, mudah bagi Allah memberikan sebagian kecil balasannya di dunia.
Semua tujuan di atas baik, tidak ada yang buruk. Yang terpenting dari ketiganya adalah niat yang lurus karena Allah, karena hanya dengan itulah apa yang kita lakukan tidak sia-sia. Hanya saja, perlakukan kita terhadap prosesnya harus berbeda.
Terima kasih untuk Irna Rahayu yang telah membaca dan memberikan masukan untuk draft tulisan ini.
Return on Investment. ↩
Sedekah akan menambah keberkahan rezeki dan bisnis kita. Tapi, semuanya datang dari Allah. Jika harapan pertambahannya dari orang yang kita beri, ini salah. Misal, saya membantu teman yang sedang terlilit hutang bisnis dengan harapan kelak proyek-proyeknya akan jatuh ke kita. ↩